JAKARTA – Senin, (10/4/2023) Dokumen rahasia terkait taktik Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam perang di Ukraina bocor, dan muncul di sejumlah platform media sosial.
Akibatnya, para pejabat di Washington berebut untuk menghapus jejak digital itu.
Para pejabat di Kyiv memperingatkan bahwa dokumen-dokumen itu tidak autentik karena telah diubah oleh Rusia.
Perubahan itu sebagian untuk menutupi jumlah korban pasukan Moskow, tetapi malah meningkatkan jumlah orang Ukraina yang tewas.
Foto-foto dokumen berlabel sangat rahasia dan rahasia, termasuk beberapa yang terlihat terlipat diunggah di Twitter dan Telegram dalam beberapa hari terakhir, menurut pejabat dan laporan media.
File-file tersebut termasuk grafik dan peta yang menunjukkan lokasi pasukan militer dan persenjataan di Ukraina pada 1 Maret dan tampaknya telah disebarluaskan secara online pada hari yang sama.
“Departemen Pertahanan secara aktif meninjau masalah ini dan telah membuat rujukan resmi ke Departemen Kehakiman untuk penyelidikan,” ujar Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh.
Pengungkapan dokumen tersebut merupakan terobosan intelijen publik pertama terkait Rusia sejak Kremlin menginvasi Ukraina pada akhir Februari 2022, demikian menurut The New York Times yang melaporkan kebocoran tersebut pada Kamis (6/4/2023).
The Times pada Jumat (7/4/2023) malam melaporkan bahwa sejumlah dokumen kedua muncul di media sosial yang tampaknya merinci rahasia keamanan nasional Amerika dari Ukraina ke Timur Tengah ke China.
Kumpulan dokumen pertama juga berisi informasi spesifik tentang jadwal pelatihan untuk brigade tempur Ukraina dan tingkat pengeluaran untuk sistem peluncur roket HIMARS yang telah disediakan AS menjelang serangan balasan musim semi yang diharapkan Kyiv, menurut laporan media.
“Saya tidak melihat risiko apa pun dari publikasi informasi ini, termasuk informasi yang menyimpang tentang rencana yang sedang dikembangkan oleh Staf Umum (Militer) Ukraina,” terang Mykhailo Podolyak, penasihat presiden Ukraina kepada VOA. “(Dokumen) itu tidak relevan dengan apa yang akan dilakukan dalam sebulan atau pada waktu tertentu ketika skenario ini akan diterapkan di medan perang.”
Podolyak menambahkan bahwa jika dokumen itu memang asli, Rusia pasti tidak akan merilisnya.
Bagan yang diubah menempatkan jumlah korban tewas Rusia antara 16.000 dan 17.500, jauh di bawah perkiraan analis 200.000 orang, termasuk tentara yang tewas, terluka atau hilang. Bagan yang dimodifikasi juga menempatkan perkiraan tentara Ukraina tewas antara 61.000 dan 71.500.
“Angka yang diubah benar-benar membuka mereka (dinas intelijen Rusia) sepenuhnya. Dan itu memperlihatkan bahwa alasan utama dari (kebocoran dokumen) ini adalah untuk meyakinkan publik Rusia bahwa hanya 17.000 tentara (Rusia) yang tewas,” ucap Andrey Piontkovsky, peneliti senior di Institut Modern Rusia yang berkantor pusat di New York.
“Ini adalah operasi propaganda yang dirancang terutama untuk opini publik Rusia,” jelas Piontkovsky kepada VOA pada Jumat (7/4/2023), menambahkan bahwa apa yang telah dirilis tidak berisi informasi militer berbahaya yang terperinci.”
Beberapa blogger militer Rusia berbeda pendapat. Mereka menyatakan bahwa dokumen itu dibocorkan oleh intelijen Barat untuk menyesatkan komandan Rusia menjelang serangan balasan yang akan datang oleh Ukraina.
Baca juga: Kementerian PUPR Pastikan Dukungan Jalan Nasional dan Jalan Tol Fungsional
REDAKSI: Alma Magfira