
BRTV 24 Juni 2025 – Tensi Geopolitik Di Timur Tengah Kembali Memanas. Pada Akhir Pekan Ini, Iran Meluncurkan Sedikitnya 10 Rudal Balistik Ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Di Qatar Dan Beberapa Rudal Tambahan Ke Pangkalan Di Irak. Serangan Ini Disebut Sebagai Balasan Langsung Atas Serangan Udara Washington Terhadap Fasilitas Nuklir Strategis Milik Republik Islam Itu.
Tindakan Balasan Yang Diperhitungkan
Korps Pengawal Revolusi Islam (Irgc) Mengkonfirmasi Peluncuran Rudal Ke Pangkalan Udara Al-Udeid Di Qatar Pangkalan Terbesar Milik As di Kawasan Teluk. Pangkalan Ini Menjadi Markas Utama Operasi Militer As di Timur Tengah.
Tidak Hanya Itu, Rudal-Rudal Tambahan Juga Menghantam Pangkalan Al-Asad Di Barat Irak, Yang Sudah Beberapa Kali Menjadi Sasaran Dalam Konflik Sebelumnya.
Rudal Canggih Dan Strategi Militer Iran
Menurut Sumber Pertahanan, Iran Diperkirakan Menggunakan Rudal Fateh-313, Qiam-1, Dan Mungkin Varian Terbaru Qassem Basir Yang Memiliki Jangkauan Hingga 1.200 Kilometer Dan Kemampuan Navigasi Tanpa Gps. Rudal-Rudal Ini Dirancang Untuk Menembus Pertahanan Modern Dan Menghantam Sasaran Dengan Akurasi Tinggi.
Korban Dan Dampak Awal
Hingga Saat Ini, Belum Ada Laporan Resmi Tentang Korban Jiwa Dari Pihak As. Namun, Laporan Lapangan Menyebutkan Adanya Kerusakan Struktural Di Sekitar Lokasi Yang Terkena Serangan. Pasukan As Dikabarkan Telah Meningkatkan Status Siaga Di Seluruh Pangkalan Di Wilayah Teluk.
Kisah Lama Yang Berulang
Serangan Ini Mengingatkan Dunia Akan Peristiwa Pada Januari 2020, Ketika Iran Membalas Kematian Komandan Qassem Soleimani Dengan Menembakkan Rudal Ke Pangkalan Yang Sama Di Irak. Saat Itu, Lebih Dari 100 Personel Militer As Dilaporkan Mengalami Cedera Otak Ringan Akibat Ledakan.
Dunia Internasional Waspada
Reaksi Dunia Internasional Terbelah. Beberapa Negara Menyerukan De-Eskalasi, Sementara Yang Lain Menyatakan Dukungan Terhadap Hak Iran Untuk Mempertahankan Kedaulatannya.
Di Pihak Lain, Amerika Serikat Menggambarkan Serangan Terhadap Fasilitas Nuklir Iran Sebagai “Tindakan Pencegahan” Untuk Menghentikan Apa Yang Mereka Sebut Sebagai Program Pengembangan Senjata Nuklir Yang Mengancam Stabilitas Regional.