Sudan Bergolak, KBRI Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Korban

SUDAN – Senin, (17/4/2023) Semua warga negara Indonesia yang saat ini berada di Sudan dipastikan selamat, di tengah meningkatnya gejolak politik dan keamanan di negara itu.

Lewat pesan teks, Duta Besar Indonesia Untuk Sudan Sunarko mengatakan seluruh WNI yang sebagian besar adalah mahasiswa terpantau aman dan tetap berada di tempat tinggal masing masing.

Ada 1.209 orang Indonesia yang tinggal di Sudan, yang sebagian besar adalah mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, KBRI Khartoum menyatakan bahwa pihaknya terus memantau situasi dan telah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari titik-titik rentan. Ia menambahkan, KBRI juga terus menggencarkan komunikasi dengan masyarakat Indonesia dan membuka layanan call center 24 jam di nomor +249 90 797 8701, dan +249 90 007 9060.

Pertempuran antara pasukan pemerintah Sudan dan pasukan paramiliter yang kuat Rapid Support Forces tak terhindarkan di ibu kota Khartoum sejak Sabtu, (15/4/2023), dan meluas ke kota-kota lain di sekitarnya.

Kantor berita Associated Press melaporkan jumlah tentara dan personil paramiliter yang terlibat dalam baku tembak di masing-masing pihak diperkirakan mencapai seribu. Foto satelit yang dirilis Maxar Technologies pada Minggu, (16/4/2023) menunjukkan sejumlah kebakaran di gedung, bandara, dan jalur kereta api di Khartoum. Ini termasuk pesawat di bandara internasional Khartoum, markas komando angkatan bersenjata Sudan, kantor kementerian pertahanan dan rumah sakit.

The Sudan Doctor’s mengatakan pada hari Minggu saja setidaknya lima warga sipil tewas dan 78 terluka. Ini membawa korban dari dua hari pertempuran menjadi 61 tewas dan lebih dari 670 terluka. Mereka percaya puluhan orang dari kelompok-kelompok yang bertikai juga telah tewas.

Insiden di Sudan adalah bagian dari perebutan kekuasaan antara kepala Angkatan Bersenjata Sudan Jenderal Abdel-Fattah Burhan dan kepala Pasukan Dukungan Cepat, Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. Sejak pertempuran, kedua belah pihak telah mengklaim kendali atas sejumlah institusi penting dan fasilitas militer strategis. Kedua jenderal itu adalah mantan sekutu yang bersama-sama mengatur kudeta militer pada Oktober 2021.

Kedua jenderal telah bersumpah untuk tidak pernah bernegosiasi atau mengejar gencatan senjata, meskipun tekanan diplomatik global meningkat.

Pertempuran itu kembali menunda kesepakatan di antara partai-partai politik Sudan untuk mengembalikan negara itu ke transisi menuju demokrasi, yang dirusak oleh kudeta militer pada Oktober 2021.

Baca juga: Pemerintah Memulangkan 154 WNI Kelompok Rentan dari Malaysia

REDAKSI : Alma Magfira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *