BRTV

Upaya Kemenperin Tingkatkan Kecintaan Masyarakat pada Produk Dalam Negeri

JAKARTA – Senin, (30/01/2023) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus gencar mensosialisasikan penggunaan produk dalam negeri kepada masyarakat.

Dorongan pemerintah melalui Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk mencintai dan menggunakan produk dari dalam negeri.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengenalkan karya Anak Bangsa kepada calon pengguna dan masyarakat luas

Upaya tersebut dilakukan agar dapat lebih dekat dengan produk-produk unggulan.

Melokal – Majukan Industri Nasional KEMENPERIN

“Kami menggunakan istilah ‘melokal’ agar Program P3DN lebih mudah diterima oleh masyarakat. Pesan utamanya adalah bahwa produk dalam negeri tidak kalah kualitasnya dari produk asing,” ujar Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kris Sasono Ngudi Wibowo dalam kegiatan Melokal – Majukan Industri Nasional 

Kegiatan tersebut menghadirkan pendiri M Bloc Space, Pos Bloc, dan Filosofi Kopi, Handoko Hendroyono serta pendiri jenama batik Dama Kara, Nurdini Prihastiti.

Forum ini juga dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk pegiat komunitas dan para influencer di media sosial.

Kris mengatakan, P3DN merupakan program yang dijalankan untuk mengoptimalkan pembelian Produk Dalam Negeri (PDN) oleh instansi pemerintah, BUMN, dan BUMD.

Namun, kampanye pemanfaatan produk lokal terus digaungkan demi menyentuh masyarakat hingga ke level individu.

Misalnya Kementerian Perindustrian menginisiasi aksi “Rabu Melokal” agar para pejabat dan pegawai Kemenperin bersemangat untuk menggunakan berbagai produk dalam negeri secara maksimal. 

“Karenanya, kami juga meminta dukungan komunitas-komunitas dan para influencer untuk menyuarakan bahwa penggunaan produk lokal itu penting,” ujar Kepala Biro Humas Kemenperin.

Dalam kesempatan tersebut, Handoko Hendroyono membagikan pengalamannya dalam membangun brand atau merek lokal.

Ia menjelaskan, saat ini telah terjadi perubahan nilai brand lokal menjadi berbasis komunitas dengan kesadaran akan hulu dan hilir dari jenama-jenama tersebut.

Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dan kekuatan untuk bercerita dalam membangun sebuah brand yang dapat melekat pada masyarakat.

 “Branding ini tidak harus diprioritaskan untuk bisa ditangkap oleh orang asing, tapi harus lebih menyasar lokal,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *